... bening malam
>> Tuesday, December 2
...
jika ada yang berkata malam itu kasar dan hitam, tentu saja. siapapun pasti mengatakan hal itu sebagai kalimat penjawab rasa. malam memang hitam kelam walau kadang terlihat kelabu dan dibubuhi awan putih. tapi, karena tanpa cahaya yang cukup, yang hanya dari sinar matahari yang dipantulkan bulan, awan menjadi kelabu. itu yang menciptakan sisi seram dan menakutkan bagi sebagian orang. tapi, tidak untukku.
aku suka menatap malam. dan kadang aku tertidur dalam nyanyian bintang-bintang. temanku bilang, malam itu mengerikan apalagi bintang enggan bertandang. tapi, aku punya pendapat berbeda. kita tak akan pernah mendapatkan hal yang sempurna. sesempurna apa sesuatu itu, hanyalah ada pada diri kita sendiri dalam bersikap. apakah ini sudah (cukup) sempurna? kembali ke hati dan pribadi masing-masing.
jadi, aku menyukai malam dalam setiap kondisi. aku akan tersenyum dan memiringkan kepalaku di atas lutut sambil menatap kedip genit bintang untukku. dan untuk semua anak di seluruh dunia. kadang bayang yang lebih pekat dari langit malam menyelinap. mengganggu. tapi, itu seperti percik atau kecipak air saat itik jatuh dari titian bambu. atau jejak-jejak dedaunan yang jatuh dan terbawa aliran air. semuanya adalah bumbu. sama seperti masakan tante ayu. aku menyukai setiap rasa. walaupun kadang papaku kehilangan selera makannya. hehehe.
kadang malam bersemu kelabu tanda ia tak punya cukup waktu untuk memanjakan kesendirianku. aku tak pernah memaksanya untuk tersenyum dan menampilkan ribuan bintang untuk menghiburku. aku menerima malam seperti aku menerima siang. itu aku tunjukkan dengan berbaring di ranjang begitu papaku mengatakan, "malam hendak pamit."
seperti itu yang ingin aku persiapkan. ketegaran hati dalam setiap kondisi dan situasi. genting? atau karena genting-genting di atapku bernyanyi nyaring? hujankah? mendung? atau ada gerhana bulan? mungkin? ah, aku yang tahu itu.
tapi, bagaimanapun aku akan tetap menyukai malam, walau malam memisahkan aku dengan papaku di ruangannya
...
jika ada yang berkata malam itu kasar dan hitam, tentu saja. siapapun pasti mengatakan hal itu sebagai kalimat penjawab rasa. malam memang hitam kelam walau kadang terlihat kelabu dan dibubuhi awan putih. tapi, karena tanpa cahaya yang cukup, yang hanya dari sinar matahari yang dipantulkan bulan, awan menjadi kelabu. itu yang menciptakan sisi seram dan menakutkan bagi sebagian orang. tapi, tidak untukku.
aku suka menatap malam. dan kadang aku tertidur dalam nyanyian bintang-bintang. temanku bilang, malam itu mengerikan apalagi bintang enggan bertandang. tapi, aku punya pendapat berbeda. kita tak akan pernah mendapatkan hal yang sempurna. sesempurna apa sesuatu itu, hanyalah ada pada diri kita sendiri dalam bersikap. apakah ini sudah (cukup) sempurna? kembali ke hati dan pribadi masing-masing.
jadi, aku menyukai malam dalam setiap kondisi. aku akan tersenyum dan memiringkan kepalaku di atas lutut sambil menatap kedip genit bintang untukku. dan untuk semua anak di seluruh dunia. kadang bayang yang lebih pekat dari langit malam menyelinap. mengganggu. tapi, itu seperti percik atau kecipak air saat itik jatuh dari titian bambu. atau jejak-jejak dedaunan yang jatuh dan terbawa aliran air. semuanya adalah bumbu. sama seperti masakan tante ayu. aku menyukai setiap rasa. walaupun kadang papaku kehilangan selera makannya. hehehe.

seperti itu yang ingin aku persiapkan. ketegaran hati dalam setiap kondisi dan situasi. genting? atau karena genting-genting di atapku bernyanyi nyaring? hujankah? mendung? atau ada gerhana bulan? mungkin? ah, aku yang tahu itu.
tapi, bagaimanapun aku akan tetap menyukai malam, walau malam memisahkan aku dengan papaku di ruangannya
...
2 comments:
menulis prosa juga sebaik menulis puisi...
wah,aku akan berlangganan blogmu,erri.
buat yang memahami malam :
sebab rentang hening memberikan nyaman, setelah lepas dari kepikukan seharian...:)
saat dimana kelembutan menjadi alas pikiran dan rerasa...ah bintang, ah bulan...tak lupa angin jingkat endap.
Post a Comment